Rabu, 04 Januari 2017

Mengakui dan Belajar dari Kesalahan

TULISAN IV
Kita hanya dapat belajar dari kesalahan setelah kita menyadari dan  mengakui kesalahan yang telah kita buat. Sebaliknya, pernah kita menyalahkan orang lain (atau alam semesta itu sendiri) dan kitapun menjauhkan diri dari setiap pelajaran yang tersedia. Tapi jika kita berani berdiri dan jujur berkata "ini adalah kesalahan saya dan saya bertanggung jawab" kemungkinan untuk belajar akan bergerak ke arah kita. Pengakuan kesalahan, bahkan jika hanya secara pribadi untuk diri sendiri, membuat kita belajar mungkin dengan memindahkan fokus dari menyalahkan tugas dan menuju pemahaman. Orang-orang bijaksana mengakui kesalahan mereka dengan mudah. Mereka tahu kemajuan mempercepat ketika mereka melakukannya.
Saya mulai dari pengalaman pribadi saya tentang mengakui kesalahan pada diri sendiri. Awalnya, mendengar kata mengakui agaknya sangat sulit untuk dilakukan terlebih jika dibaliknya terdapat alasan “demi kebaikan”. Namun, demi kebaikan sering disalahgunakan untuk hal yang tidak baik, seperti berbohong kepada orangtua khususnya dikalangan remaja.
Masa remaja sangat diperhatikan oleh orangtua terlebih oleh seorang ibu, dimana kita dalam masa – masa pubertas yang dalam memilih benar atau salah masih dalam kondisi labil. Kita masih belum dapat memilih dengan baik mana yang benar dan mana yang salah.
Yang saya ambil dari pengalaman saya adalah saat saya duduk di bangku SMP, yang ketika itu saya sering berbohong kepada orangtua saya untuk ijin belajar kelompok dirumah teman, padahal sampai disana saya hanya bermain tanpa menyentuh buku. Setelah pulang bermain, sampai dirumah biasanya saya sudah kelelahan dan akhirnya tertidur setelah makan malam tanpa belajar dan mengerjakan tugas untuk keesokan harinya.
Alasan belajar kelompok dianggap sangat ampuh untuk kesempatan bermain, karena biasanya dengan alasan belajar orangtua sulit untuk menolak atau melarangnya. Akhirnya, alasan itu yang sering saya gunakan untuk mendapat kesempatan bermain bersama teman - teman saya.
Saat ujian tiba, saya mendapat nilai jelek karena waktu belajar saya yang kurang. Saya melihat kekecewaan diwajah orangtua saya ketika melihat hasil raport saya. Saya merasa bersalah dan mulai mengakui kesalahan saya pada diri sendiri sebelum mengakuinya pada orangtua saya. 
Waktu belajar yang selalu dipakai untuk bermain, dan menggunakan ponsel untuk mengobrol hingga larut menjadikan saya anak yang pemalas. Orangtuapun mulai curiga mengapa nilai yang saya dapatkan jelek padahal saya sering beralasan bahwa saya sering belajar bersama.
Dari kejadian itu, saya menyadarkan bahwa saya telah banyak bermain. Kemudian, waktu bermain dan menggunakan ponselpun mulai dibatasi. Orangtua saya juga selalu meluangkan waktu untuk mengecek kegiatan saya setiap hari, dan memastikan bahwa saya belajar dengan benar sehingga nilai saya dapat bagus.
Saya sangat bersyukur karena dengan mengakui kesalahan pada diri sendiri ini dapat membuat saya menjadi anak yang lebih baik. Saya lebih giat belajar dan karena kesalahan itu pula saya menjadi anak yang lebih jujur dari sebelumnya.
Semua manusia tidak ada yang sempurna. Semua pernah membuat kesalahan sekali, tapi dari kesalahan kita bisa mencoba hal yang lebih baik untuk menjadi yang terbaik.

Sumber : http://scottberkun.com/essays/44-how-to-learn-from-your-mistakes/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Visitor